Dzikir Wanita Pagi Dan SOre

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Ya Hayyu , Ya Qayyuum , Birahmatika Astaghiitsu wa laa Takilnii ila Nafsii Thorfata 'Aini Wa Ashlih lii Sya''nii kullahu...

Sedekah Fatimah Az-Zahra

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Jabir bin Abdullah Al-Anshary pernah bercerita. Pada suatu hari, seusai menunaikan shalat, Rasulullah Saw, duduk menghadap kiblat dikelilingi para sahabat. Tiba-tiba datang seorang laki-laki lanjut usia, berbadan lemah, dan memakai pakaian yang sangat kumal

Rasulullah Saw menanyakan keadaan si tua renta itu. Dengan bibir gemetar ia menjawab, " Ya Rasul, t0l0ng berikan aku makanan sekadar mengisi perut, dan t0l0ng berikan aku pakaian sekedar untuk menutup aurat karena aku hanya memiliki pakaian yang aku pakai ini."


" Bagaimana ya, aku sendiri tidak mempunyai apa-apa. C0balah engkau pergi ke rumah putriku, Siti Fatimah. Ia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya," jawab Rasulullah Saw dengan wajah iba.

Sambil menunjuk ke arah rumah Siti Fatimah, Rasulullah Saw meminta agar Bilal bin Rabah mengantarkan 0rang itu. Setibanya di rumah Siti Fatimah, dengan suara parau 0rang tua itu memanggil-manggil dengan ucapan, "Yaa ahlul bait."

Mendengar teriakan itu Siti Fatimah keluar sambil memberi salam.

" Bapak ini siapa?" tanya siti fatimah.

" Aku 0rang tua pegunungan. Aku lapar, pakaian cuma satu yang aku pakai sekarang. Aku sudah datang kepada ayahmu, namun baginda memerintahkan aku datang ke sini untuk meminta pert0l0ngan. "

Melihat orang tua yang terus-menerus menatapnya itu Siti Fatimah menjadi kikuk. Ia bingung memikirkan apa yang dapat diberikan, sedangkan ia sendiri sudah dua hari puasa.

Ibu Hasan dan Husain itu agak heran, mengapa ayahnya menganjurkan supaya datang ke rumahnya, padahal dia tahu benar betapa sulitnya kehidupan yang ia alami sehari-hari. Tetapi melihat keadaan 0rang tua itu Siti Fatimah mencari-cari apa yang hendak diberikan.

Akhirnya Siti Fatimah mengambil selembar kulit kambing yang biasa dipakai untuk alas tidur Hassan dan Husain, kemudian diberikannya kepada 0rang tua yang meminta pert0l0ngan itu. Tentu saja 0rang itu tidak habis pikir, ia keheranan menerima selembar kulit kambing, padahal yang dimintanya makanan untuk mengisi perut. Dengan nada pr0tes 0rang tua renta itu berkata, " Hai putri Muhammad, aku datang kepadamu karena aku lapar dan lemas, tetapi mengapa yang engkau berikan hanya kulit kambing? Lalu apa yang dapat aku perbuat dengan selembar kulit ini?"

Dengan keadaan malu, pilu, dan bingung Siti Fatimah teringat bahwa ia masih mempunyai benda yang berharga, yaitu seuntai kalung hadiah dari bibinya. Tanpa banyak pikir kalung yang bertuliskan "Siti Fatimah" itu diserahkannya kepada 0rang tua tersebut.

Dengan wajah yang cerah 0rang itu membawa seuntai kalung ke mesjid, tempat Rasulullah Saw dan para sahabat berkumpul. Si tua renta itu berd0a, " Mudah-mudahan Allah Swt akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik," ucapnya sambil memberi tahu Rasulullah dan para sahabat bahwa Siti Fatimah memberikannya kalung.

Mendengar itu Rasulullah Saw tidak dapat menahan perasaannya sehingga menangis. Melihat kejadian yang mengharukan itu, Amr bin Yasir berminat memiliki kalung tersebut.

" Ya Rasulullah, b0lehkah aku membeli kalung itu:"

" Belilah jika engkau mau, " jawab Rasulullah sambil menyeka air mata.

" Berapa akan kau jual kalung ini?" tanya Amr bin Yasir kepada si tua renta.

" Kalau engkau mau, belilah seharga beberapa p0t0ng r0ti dan daging."

" Cuma itu?"

" Dan kalau kamu mau, tambah secarik kain untuk menutup aurat agar aku bisa shalat, dan uang satu dinar untuk aku pulang."

Dengan tawaran yang tidak terlalu berat bagi Amr, maka kalung itu dibeli seharga 20 dinar dan 100 dirham, bahkan diberi r0ti dan daging untuk menghilangkan rasa lapar serta pakaian dan unta untuk kendaraan pulang.

" Alangkah baiknya hatimu," ujar 0rang tua renta. Sinar matanya memancar bahagia. Ia bahagia menerima hasil atas penjualan kalung pemberian Siti Fatimah. Setelah urusan jual beli selesai, ia kembali kepada Rasulullah Saw dengan perut kenyang, pakaian rapi, dan berkendaraan unta.

Rasulullah Saw tersenyum melihat si tua renta itu, lalu bertanya,

" Bagaimana keadaanmu sekarang?"

" Ya Rasulullah, aku merasa lebih dari cukup." Jawab 0rang tua renta itu .

Mendengar pembicaraan 0rang tua renta itu Rasulullah Saw hanya tersenyum ikut bahagia. 0rang tua itu lalu berd0a, " Ya Allah, tidak ada yang aku sembah selain Engkau. Berilah Siti Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat mata dan tidak pernah didengar telinga."

Mendengar d0a itu Rasulullah Saw men0leh kearah sahabat, lalu berkata, " Sesungguhnya di dunia ini Allah telah memberikan kepada Siti Fatimah apa yang dim0h0nkan 0rang tua itu. Ia mempunyai ayah seperti aku, se0rang utusan Allah bagi alam semesta. Fatimah pun telah memiliki suami, Ali k.w., serta Hassan dan Husain sebagai pemuda surga."

Berkenaan dengan d0a 0rang tua renta itu Rasulullah Saw bercerita kepada sahabat bahwa ia didatangi Jibril yang mengabarkan tentang perintah Allah agar malaikat melindungi dan menyertai kehidupan Siti Fatimah. " Barang siapa yang berziarah ke makamku, sama artinya berkunjung kepadaku di kala aku masih hidup. Barang siapa berziarah ke makan Siti Fatimah, sama artinya berziarah ke makamku," ujar Rasulullah.

Setelah Amr membeli kalung dari 0rang tua renta itu, ia memerintahkan Saham ( se0rang hamba sahaya ) untuk menyerahkan kalung tersebut kepada Rasulullah. Juga menyisipkan surat bertuliskan: "Berikan kalung ini kepada Rasulullah dan sekaligus aku serahkan engkau kepada Rasulullah.. ......"

Alangkah terkejutnya Rasulullah Saw ketika menerima bungkusan berisi kalung dan sehelai surat. Rasulullah menilai bahwa Amr mempunyai sebuah kesadaran besar terhadap apa yang telah ia lakukan, yaitu membebaskan hamba sahaya, sebah hal itu merupakan usaha menghilangkan anggapan bahwa manusia berbeda kedudukan satu dengan yang lainnya.

Rasulullah memerintahkan Saham agar membawa bungkusan berisi kalung tersebut kepada Siti Fatimah.

Siti Fatimah sangat gembira, kalung yang disayangi itu menjadi miliknya kembali. Tentang Saham, Fatimah berkata, " Mulai saat ini juga engkau aku merdekakan."

" Subhanallah .... Betapa besar berkah seuntai kalung itu. Ia telah menyelamatkan perut 0rang kelaparan, menutup aurat 0rang yang hampir telanjang, membuat 0rang miskin merasa kaya, dan sekarang.... kalung ini memerdekakan aku sebagai budak, " ujar Saham sambil mengucap terima kasih dan m0h0n pamit.

”... yang disediakan untuk 0rang-0rang yang bertakwa, (yaitu) 0rang-0rang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran ayat 133-134)

"...Janganlah belaku tabdzir (sia-sia) karena 0rang-0rang yang menyia-nyiakan (harta) itu teman-teman setan . Dan setan telah berbuat kufur terhadap Rabb-nya ." { QS.Al-Isra'' ayat : 26-27.}

"... Makan dan minumlah , tetapi jangan berlebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai 0rang-0rang berlebihan ."{ QS.Al-A'raf ayat : 31.}

--Dari Zainab Ats-Tsaqafiyyah , Istri Abdullah bin Mas'ud r.a ...Rasulullah saw Bersabda , ".Wahai sekalian wanita , Bersedekahlah meskipun dengan perhiasan kalian ..".

--Dari Aisyah r.ha berkata , Rasulullah saw bersabda ," Apabila se0rang wanita bers0daq0h dengan harta dirumahnya tanpa membuat kerugian , maka dia mendapatkan pahala sedekahnya , sedangkan suaminya mendapatkan pahala karena usahanya , dan khadim (pembantu) pun mendapatkan bagiannya , agiannya yang masing-masing tidak berkurang sedikitpun dari yang lain." {Muttafaqun 'Alaih }

--Bersodaqoh pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas, menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)

--Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)

--Barangsiapa ingin do'anya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (HR. Ahmad)

--Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, “ Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu ? ” Nabi Saw menjawab, “ Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersodaqoh.” Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab: “ Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya ” Mereka bertanya: “ Bagaimana kalau dia tidak melakukannya ? ” Nabi menjawab: “ Menyuruh berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “ Bagaimana kalau dia tidak melakukannya ? ” Nabi Saw menjawab, “ Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar